Momoye
The Aghnanisme - Kisah Momoye (Mardiyem) |
Selamat malam Sahabat The Aghnanisme. Dia teringat akan cerita dari seorang guru mata pelajaran Bahasa Indonesianya. Gurunya bercerita tentang seorang Jugun ianfu akibat penjahan di zaman Jepang dahulu. Untuk lebih jelasnya, dia pun mencari artikel tentang seorang Momeye. Berikut beberapa potongan cerita yang dia dapatkan.
Daerah yang terkenal dengan bakpianya, Pathuk. Tempat ini merupakan tempat di mana Momoye tinggal. Di sebuah gang di sudut kota Yogyakarta. Tak ada yang mengenalnya meskipun dia pernah menjadi seorang abdi dalem. Dia bernama Mardiyem. Usianya sudah 80an saat ini.
Setiap malam tiba, penderitaan selama menjadi Momoye selalu terbayang. Air matanya pun menetes. Semua kenangan sedih itu terurai kembali.
Di rumahnya yang mungil, dia merawat bunga-bunga kertas (baca: Momeye, dalam bahasa Jepang) yang tumbuh di pekarangan rumahnya. Karena itulah para Serdadu Jepang memanggilnya Momeye dan menjadikannya seorang jugun ianfu (baca: pelacur).
Eka Hindarti, penulis muda dan Koichi Kimura, seorang Jepang menulis kisah Mardiyem dalam sebuah buku yang berjudul 'MoMoYe' yang akhirnya diterbitkan oleh Erlangga.
halo peh..
ReplyDeletesekedar mau komen dikit
sebaiknya isi buku yg diterbitkan erlangga tentang momoye, di tambahkan ke dalam postingmu
biar tambah seru dan tambah banyak isi postingmu..
hehehheehe..
:D
Iya, terima kasih.
DeleteBerhubung kami hanya me-review jadi kami hanya mengambil beberapa potongan cerita.
Terima kasih sudah berkunjung. 8-)