Header Ads

Aghnan Pramudihasan
  • Breaking News

    Goa Jepang Tempat Garuda Bersarang

    "Aku adalah Garuda, burung milik Wisnhu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi di atas kepulauanmu." Sebuah sajak dari seorang peneliti dari Jerman yang meneliti burung di Jawa (Zaini Rakhman. 2012)
    28 Mei 2014
    Sebuah perjalanan yang sebelumnya saya ragu untuk mengikutinya. Pengamatan burung di objek wisata alam Nirmolo, Kaliurang, Taman Nasional Gunung Merapi. Pengamatan ini sebenarnya merupakan kegiatan survey menindaklanjuti lolosnya judul PKM yang sebelumnya sudah saya ceritakan. Berbekal binokuler, buku MacKinnon, dan gps perjalanan dari pukul 06:30 sampai 07:30 karena harus mengisi bahan bakar kendaraan dan bahan bakar perut.

    Setelah sarapan di tempat biasa, pukul 08:00 pengamatan dimulai dengan 2 kelompok untuk jalur muncar dan jalur telaga putri. Baru beberapa meter melewati anak tangga, tepat di pertigaan arah 600 meter arah goa jepang, seekor burung dengan ciri khas ekor panjang menggunting dan berwarna kelabu. Dapat dipastikan burung ini adalah Srigunting kelabu (Dicrurus leucophaeus) yang ternyata ada 2 ekor.

    Belum berpindah dari tempat semula, seekor burung dengan ciri-ciri yang hampir sama dengan Srigunting kelabu (Dicrurus leucophaeus) tetapi wananya hitam buram. Burung ini adalah Srigunting hitam (Dicrurus macrocercus). Baru kali ini saya melihat burung ini sangat dekat dan jelas tanpa perlu menggunakan binokuler.

    Baru berjalan sebentar [8:30], seekor raptor terbang di atas. Dari cara dia terbang dan ukurannya, burung ini termasuk jenis sikep. Karena tidak dapat melihat dengan jelas corak dan warna tubuhnya, burung ini belum teridentifikasi lebih detil.

    Seekor burung berukuran Cucak kutilang terlihat [8:48] tetapi dengan warna kuning kehijaua di ekor dan tenggoraokan, dada, dan perut berwarna abu-abu kehijauan dengan burik. Dari hasil foto terlihat jelas bahawa ini adalah Brinji gunung (Iole virescens).

    8:53 cucak daun

    [8:58] Di balik dedaunan pohon terlihat 2 ekor burung dengan morfologi berbeda. Burung yang pertama adalah Wergan jawa (Alcippe pyrrhoptera) dengan ukuran sebesar Burung gereja dengan warna coklat terang dan tubuh serta tunggirnya berwarna merah karat. Kepala dan leher berwarna putih abu-abu. Dada kuning gradasi putih kecoklatan.

    Burung yang berada di depannya berukuran sedikit lebih kecil dengan warna kepala, tenggorokan, dan dada berwarna abu-abu. Bagian atas tubuh berwana kehijauan dengan perut berwarna kekuningan. Opior jawa (Lophozosterops javanicus) adalah nama burung ini. Pada saat teramati, burung ini sedang mengambil kapas lalu terbang pergi.


    Pukul [9:25], terlihat dua ekor Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) dengan ukuran sebesar Bodol jawa, berwarna kuning kehijauan. Lima menit kemudian [9:30] seekor Sikatan ninon (Eumyias indigo) sebesar burung gereja sedang bertengger dan diam di ranting pohon. Warna biru yang mencolok di kepala sampai ekor dengan wajah dan ujung sayap berwarna hitam serta perut warna putih dan tungging kuning membuat burung ini mudah diidentifikasi.

    Masih di tempat yang sama [9:40], gerombolan Kacamata gunung(Zosterops montanus) terbang dan hinggap di ranting tetapi bergerak berpindah-pindah. Jumlahnya sekitar 5 ekor.

    Seekor burung sekilas mirip Merbah cerukcuk hinggap di ujung pohon [9:50]. Namun setelah diamati lebih detil, terlihat burung ini memiliki warna orange kekuningan meskipun tidak begitu kelihatan di sekitar wajah, tunggingnya berwarna kuning. Berdasarkan identifikasi, burung ini adalah Cucak gunung (Pycnonotus bimaculatus) betina.

    Setelah berjalan beberapa menit [9:55], seekor burung berwarna coklat/merah karat di punggungnya dengan kepala hitam terdapat garis putih dan ekor yang panjang. Pertama kali melihatnya, burung ini susah untuk diidentifikasi, namun setelah dicocokkan antara foto dengan buku MacKinnon ternyata ini adalah Cica-kopi melayu (Pomatorhinus montanus). List baru dengan kode cikop.

    Di rerimbunan pohon [10:10] terlihat seekor burung berukuran sebesar Punai gading dengan warna kepala sampai leher coklat dengan bercak putih, sayap-ekor hijau, dan perut kuning kehijauan. Paruhnya tebal dan bila diamati lebih teliti terdapat seperti kumis di sekitarnya. Ini adalah Takur bultok (Megalaima lineata). List baru lagi.

    Di jalan setapak yang menurun [10:30], terlihat seekor burung yang sekilas ciri-cirinya hampur sama dengan Takur bultok yaitu paruh tebal dengan kumis dan warna sayap-ekor hijau. Namun yang membuat beda adalah ukurannya lebih kecil, mahkotanya berwarna kuning, paruh hitam, di leher terdapat warna merah dan hitam, serta perutnya berwarna kuning kehijauan. Ya, Takur tulung tumpuk (Megalaima javensis).

    Pukul [10:30] Cucak gunung (Pycnonotus bimaculatus) terlihat lagi. Karena matahari sudah hampir di tengah-tengah namun kami belum sampai di tempat tujuan, kami memutuskan untuk kembali.

    Sebelum kembali ke bawah, kami pergi ke arah goa jepang untuk melihat Sang Garuda. Pukul [11:50] kami sampai di spot pengamatan sarang sang Garuda, di sana sudah ada Mas Raden yang stand by. Dengan monokuler, terlihat seresah dengan ranting-ranting yang disusun di dahan pohon. Ya, ini adalah sarangnya. Namun, kami belum melihat pemiliknya.

    Sempat beristirahat sebentar lalu mengecek monokuler lagi, disana terlihat seekor raptor berukuran besar dengan jambulnya yang mencolok berwarna coklat gelap, tubuh dominan hitam, perut coklat, dan mata abu-abu yan tajam sedang mengangguk-angguk seperti mendekatkan sesuatu ke kakinya (mungkin telurnya). Dialah sang Garuda, Elang jawa (Nisaetus bartelsi)yang saya gunakan sebagai judul di postingan saya ini. Jika berkunjung di Plawangan, jangan sampai kalian melewatkan burung ini.

    Puas melihat Elang jawa, kami turun ke bawah [12:00] dan dikejutkan sepasang Sikatan ninon (Eumyias indigo) yang muncul dari sisi kiri kami lalu hinggap di depan kami. Ternyata di sisi kiri kami, tepatnya di tanah yang vertikal terdapat sarangnya yang berisi telur.

    Sampai dibawah, kami bertemu kelompoknya Mas EP. Mereka hanya mendapatkan sedikit list burung karena terlalu banyak pengunjung dan juga mereka berteriak-teriak sehingga mungkin menakuti burung-burung.

    Sebagai penutup, banyak sekali satwa endemik di Jawa. Mulai dari ikan, burung, dan mamalia. Perlu diketahui bahwa dulu kita memiliki Harimau jawa (Panthera tigris ssp.) yang sudah punah menurut IUCN 2013. Jangan sampai Elang jawa (Nisaetus bartelsi)yang menurut IUCN 2013 sudah membahayakan atau terancam menjadi punah. Mari kita jaga kelestarian mereka dengan menjaga habitatnya.

    Kepedulian di hari ini, kelestarian di masa depan.

    Salam Garuda,

    @Aghnanisme
    7de98cf2

    No comments

    Terima kasih sudah berkunjung.
    Tinggalkan komentar Anda dan kami akan mengunjungi halaman Anda.