Header Ads

Aghnan Pramudihasan
  • Breaking News

    Follow Up Gelatik di Kiskendo

    23 Mei 2014
    Follow Up Gelatik atau biasa disingkat Folatik merupakan kegiatan lanjutan dari Gelatik (Gelar Pelantikan) yang telah diadakan pada bulan Februari 2014 lalu. Kegiatan Follow Up Gelatik untuk tahun 2014 ini diselenggarakan pada tanggal 23-24 Mei 2014 di Kiskendo, Kulonprogo, Yogyakarta. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam dari FMIPA UNY dengan beberapa tanjakan yang cukup membuat kendaraan berderu kencang.
    Foto Andri - Di Atas Grojogan Sewu, Kiskendo
    Pukul [16:30] acara dimulai dengan sambutan dari Pak Ketua Bionic, Mas Nurrohman EP. Setelah itu dilanjutkan Materi I tentang Dokumentasi oleh Mas Shaim. Beberapa hal yang masih saya ingat dari materi ini adalah dokumentasi harus sesuai aslinya, jujur tanpa editan, sketsa itu yang penting proporsional, pengamatan dulu baru potret dan hasil dokumentasi kalau bisa dishare ke publik. Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk Fotografi Sains yaitu: fokus, DOF, pencahayaan, warna, angle (sebisa mungkin dari semua sisi), dan detil.

    Setelah shalat Isya [20:00], materi dilanjutkan dengan Materi II tentang Menulis oleh Mas Shaim (lagi). Untuk materi ini hanya beberapa poin yang saya ingat. Salah satunya artikel yang baik itu bahasa dan isinya baik serta up to date. Kunci sebelum menulis adalah Membaca! Kritis! dan Skeptis! Membaca di sini bukan berarti membuka lembaran kertas di buku, tetapi membaca lingkungan. Kritis dan Skeptis di sini berarti kita harus memiliki rasa tidak percaya terhadap perkataan maupun tulisan manusia karena manusia itu bisa salah tetapi tidak dengan Allah (cie pesan moral). Dalam menulis sebuah artikel kita harus tahu beberapa hal barikut, yaitu: persyaratan dan tata cara menulis artikel, padat-jelas-tidak ambigu, tulisan bisa dibaca sendiri dan orang lain, apabila mengkritik harus sopan, jangan plagiarisme, konsultasikan sebelum dipublikasikan, dan ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan.

    Dari materi ini, diharapkan kami sebagai pengamat burung mampu mendokumentasikan tentang burung dalam bentuk hasil foto atau sketsa dan tulisan ataupun artikel dengan baik. Dan, kami juga diwajibkan untuk memiliki blog yang nantinya akan digunakan untuk mempublikasikan hasil pengamatan yang telah dilakukan sehingga dapat menambah informasi bagi diri sendiri dan orang lain. Intinya Publish or Perish?

    Foto Andri
    Materi terakhir [10:10] adalah Materi III yang dapat saya simpulkan materi ini mengenai bagaimana cara mudah mengidentifikasi burung dengan buku MacKinnon. Kita harus kembali ke awal atau back to basic yaitu untuk mengidentifikasi burung, hal-hal yang perlu dicatat adalah ukuran, bentuk, warna, postur, ciri khusus, perilaku, dan suara. Dalam hal ini, Mas Kukuh menjelaskan dan memberi tips bahwa di MacKinnon, jenis burung sudah dibedakan ke dalam beberapa lembar gambar berdasarkan ekologinya.

    Satu jam kemudian materi terakhir telah usai. Beberapa peserta memutuskan untuk tidur, ada juga yang menonton film wajib pengamat burung "The Big Year".

    24 Mei 2014
    Pukul [05:00] kegiatan dimulai kembali. Setelah shalat Subuh dan sarapan, peserta dibagi menjadi 6 kelompok lalu menjadi 3 kelompok dengan jalur pengamatan yang berbeda-beda. Kelompok pertama harus melalui jalur krengseng, kelompok kedua harus melalui jalur sendangsari, dan kelompok ketiga melalui jalur baladewa. Saya di kelompok pertama tetapi melalui jalur ketiga yaitu jalur baladewa yang melewati grojogan sewu ehm.

    Perjalanan dimulai [07:15] dengan rute ke arah selatan melewati jalan beraspal. Di balik daun terlihat gerakan. Seekor burung dengan ukuran kira-kira sebesar bondol jawa, warna kuning, kepala bagian atas ke belakang kuning kehijauan, sayap gelap dan terdapat warna putih, ekor sedang warna kuning kehijauan dan paruh pendek. Setelah diidentifikasi ternyata ini adalah Cipoh Kacat (Aegithina tiphia) betina. Buurung ini aktif sekali bergerak dari dahan ke dahan yang lainnya.

    Berjalan beberapa meter, sampai di perempatan kami belok kiri melewati jalan tak beraspal. Setelah itu masuk ke jalan kecil yang masih tanah, basah, dan licin. Keluar dari jalan itu, kami melalui jalan beraspal lagi.

    Beberapa burung sempat terlihat tetapi belum mampu teridentifikasi. Seperti burung A [07:00] yang berukuran sebesar kutilang, berwarna kuning, dan di sayapnya terdapat warna hijau. Burung B [07:38] berukuran lebih besar dari bondol jawa, warna kuning kehijauan, panjang ekor sedang warna hitam, dan punggung ke belakang warna gelap.

    Baru beberapa saat di situ, suara beberapa burung membingungkan kami. Ya, banyak sekali. Sedang sibuk-sibuknya mencari burung di hutan sisi kiri jalan, tiba-tiba beberapa dari kami berteriak. "Udang api!". Saya menoleh ke belakang.. sudah hilang. Wah, padahal burung ini merupakan burung yang akan kami cari sesuai dengan judul pkm yang akan kami kerjakan. Sayang sekali saya belum melihatnya secara langsung. Setidaknya saya mengetahui spot di mana saya dan teman-teman pkm saya mencari si Burung Udang-Merah Api (Ceyx erithacus).

    Perjalanan dilanjutkan [07:50], di sini suara burung semakin banyak. Gerakan daun dan dahan pohon akibat gerakan burung juga banyak sekali. Yang paling mencolok adalah Cucak Kuning (Pycnonotus melanicterus) karena jumlahnya lumayan banyak dan warnanya mencolok. Burung ini memiliki ukuran dan bentuk seperti Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), warna kepala dan jambul hitam, tubuh berwana kuning dengan sayap dan ekor lebih kehiajauan. Burung ini lumayan aktif dan berisik.

    Saat sedang istirahat, beberapa dari kami termasuk saya melihat sekelebat burung berukuran besar dengan ekor yang panjang terbang cepat sekali. Sekilas terlihat warnasayapnya hijau. Duagaan sementara ini adalah Kadalan birah (Phaenicophaeus curvirostris) seperti yang pernah saya lihat sebelumnya di SM Sermo saat Gelatik.
    Foto Andri
    Baru berjalan sebentar [08:15], tiba-tiba seekor Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris) terbang. Dari bawah terlihat oaruhnya berwarna merah, tubuh biru metalik, dan sayap berwarna hitam dan terdapat lingkaran berwarna putih.

    Rombongan sempat terpisah menjadi dua. Saya dan beberapa anggota kelompok berjalan lebih dulu dan istirahat di dekat sungai sedangkan pemandu dan yang lainnya masih di belakang. Di tempat ini [08:45], kami melihat 2 ekor elang sedang soaring. Setelah dilihat dari bentuk ujung sayapnya yang ke depan seperti huruf U, dapat dipastikan bahwa ini adalah Elang-Ular Bido (Spilornis cheela) yang merupakan nama angkatan keluarga bionic 2014.

    Setelah Elang-Ular Bido (Spilornis cheela) menjauh dan tak terlihat lagi, bayangan siluet di ujung pohon kering membuat kami penasaran. Postur tubuh dan cara burung ini bertengger seperti jenis burung pelatuk. Namun belum sempat kami cermati, burung ini sudah terbang menjauh.

    Rombongan bergabung kembali dan saling bertukar list. Ternyata rombongan belakang menemukan Walik Kembang (Ptilinopus melanospila) jantan, sejenis punai berwarna hijau dengan sisi sayap warna kuning dan tungging warna merah. Katanya burung ini sedang santai dan tidak memperdulikan kami yang sibuk mengambil gambarnya dari berbagai posisi.

    Sebelum sampai di Grojogan Sewu, rombongan terpisah lagi. Saya, Andri, Rahmi, Mba Ratih, Mba Arel, dan Mas EP tertinggal di belakang sedangkan yang lain sudah berada di bawah, tepatnya di grojogannya. Dan, pada saat itulah kami melihat 2 ekor raptor sedang terbang. Cara terbangnya berbeda dengan soaring, burung ini mengepakan sayapnya beberapa kali lalu diam. Yang paling mencolok dari burung ini adalah warnanya coklat dengan warna ekor berselang-seling coklat-hitam. Setelah diskusi dan ditanyakan ke Mas Panji, ini adalah Elang-Alap Nipon (Accipiter gularis).

    Puas mengambil gambar Elang-Alap Nipon (Accipiter gularis), kami turun dan melepas lelah di grojogan sewu. Pukul [10:30] kami berjalan kembali ke Rumah Pak Is. Sempat ada yang hampir nyasar saat perjalanan.

    Beberapa meter sebelum sampai di Rumah Pak Is, rombongan melihat raptor terbang pelan ke arah utara. Mungkin karena sudah lelah, kami hanya melihatnya tanpa ada antusias untuk mengidentifiasinya.

    Sampai di Rumah Pak Is, kami istirahat sebentar lalu dilanjutkan diskusi dan presentasi hasil pengamatan dari tiap kelompok. Berikut beberapa spesies yang sempat saya catat:

    • Jalur Krengseng

    Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris)
    Burung-madu kelapa (Anthreptes malacensis)
    Caladi tilik (Dendrocopos moluccensis)
    Bondol jawa (Lonchura leucogastroides)

    • Jalur Sendangsari

    Perenjak Padi (Prinia inornata)
    Sepah kecil (Pericrocrotus cinnamomeus)
    Burung-madu kelapa (Anthreptes malacensis)
    Cipoh Kacat (Aegithina tiphia)
    Sikatan emas (Ficedula zanthopygia)
    Ayam-hutan hijau (Gallus varius)
    Pelanduk semak (Malacocincla sepiarium)
    Burung-madu ekor-merah (Aethopyga temminckii)
    Burung-madu sepah-raja (Aethopyga siparaja)
    Cinenen pisang (Orthotomus sutorius)
    Perenjak coklat (Prinia polychroa)
    Walik Kembang (Ptilinopus melanospila)
    Pijantung gunung (Arachnothera affinis)
    Jingjing batu (Hemipus hirundinaceus)
    Pijantung kecil (Arachnothera longirostra)
    Setelah diskusi semua booknote dikumpulkan untuk dicek. Nah, sampai ini saja.

    Sebelum acara ditutup, ada materi tambahan dari salah satu pendiri Bionic, Mas Imam. Beliau meceritakan awal mula terbentuknya Bionic sampai saat ini. Mulai dari tahun 2001 sampai 2014 sekarang, semuanya telah berkembang. Dari prestasi-prestasi, ekspedisi, dan temuan jenis burung baru di Indonesia. Yang paling saya ingat adalah "Trisic for Bionik" (salah ketik atau sengaja) yang intinya adalah dari Pantai Trisik-lah Bionic menemukan 3 jenis burung pantai yang baru untuk Indonesia, dari Pantai Trisik-lah 3 anggota Bionic menulis skripsi, dan dari Pantai Trisik-lah anggota Bionic mengeluarkan 4 paper plus.
    Foto Mas Kir
    Acara ditutup oleh Mas EP dilanjutkan berkemas-kemas lalu foto bersama di depan rumah Pak Is. Setelah itu kembali ke FMIPA UNY.

    Jadikan alam sebagai laboratorium.
    Burung hidup untuk terbang bebas, bukan terkekang dalam sangkar dan dipaksa untuk selalu berkicau. Biarkan mereka memengepakkan  sayapnya dan terbang tinggi melawan gravitasi bumi.

    "Kepedulian di hari ini, kelestarian di masa depan."
    Salam Folatik,

    @Aghnanisme

    No comments

    Terima kasih sudah berkunjung.
    Tinggalkan komentar Anda dan kami akan mengunjungi halaman Anda.