Header Ads

Aghnan Pramudihasan
  • Breaking News

    Si Hitam yang Tidak Terkejar

    Masih dingin seperti hari sebelumnya. Bahkan lebih dingin karena tetes air dari langit turun semalam. Bekas sayap laron masih berserakan di sekitar kami. Anak ayam berebut sisa-sisa laron tanpa sayap yang mencoba untuk bersembunyi.

    Kumandang adzan subuh membangunkan kami. Satu persatu mengayunkan gayung ke bak mandi untuk mendapatkan air lalu dituang di ember berlubang berwarna putih. Airnya lebih dingin tetapi membuat anggota tubuh yang dikenai air ini segar.

    Bunyi sendok beradu dengan piring terdengar dari masing-masing piring yang kami pegang. Semua sudah terisi. Binokuler sudah melilit di tangan dan buku MacKinnon sudah masuk ke dalam tas kecil. Pengamatan hari ketiga dimulai dengan membagi 3 kelompok untuk 3 jalur yang berbeda.

    Kelompok 1 ada Mas EP, Yono, dan Bima yang menyusuri jalur baladewa. Kelompok 2 ada Aghnan, Andri, Risna, Naning, Pakdhe Praja, dan Mba Arell di jalur Sendang Sri. Kelompok terakhir ada Mas Kir, Andi, Fani, dan Christin di jalur Krengseng.

    Pukul 06:30 pengamatan dimulai. Cuaca yang cerah setelah hujan membuat udara sejuk dan menyegarkan. Baru beberapa langkah meninggalkan basecamp, seekor burung berukuran lumayan besar terbang lalu hinggap di dahan pohon. Warna tubuhnya dominan hitam kecuali sayap yang berwarna kecoklatan. Menurut Pakdhe Praja, ini adalah Bubut alang-alang (Centropus bengalensis) yang sama dengan yang kami kejar kemarin.

    Beberarapa Pelanduk semak (Malacocincla sepiarium), Sepah kecil (Pericrocrotus cinnamomeus), Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), Cucak kuning (Pycnonotus melanicterus), dan Cinenen jawa (Orthotomus sepium) kami temukan.

    Ada juga Burung-madu sepah-raja (Aethopyga siparaja), Burung-madu sriganti (Nectarinia jugularis) , Cipoh kacat (Aegithina tiphia), Cabai bunga api (Dicaeum trigonostigma), dan Pijantung kecil (Arachnothera longirostra) yang bersliweran di atas kami. Berpindah dari dahan pohon ke pohon lainnya lalu terbang menjauh.

    Dua ekor Elang ular bido (Spilornis cheela) yang sedang soaring juga kami jumpai. Raptor lainnya ada Sikep madu asia (Pernis ptilorhynchus) yang soaring sendirian.

    List baru yang saya dapatkan adalah Pelanduk topi hitam (Pellorneum capistratum) dan juga Kehicap ranting (Hypothymis azurea).

    ***
     Selesai pengamatan, kami duduk dan bercengkrama di teras basecamp. Tiba-tiba suara Elang ular bido (Spilornis cheela) yang khas terdengar namun terdengar juga suara raptor lain. Saat kami mencoba melihat ke atas. Betapa sangarnya pemandangan yang kami dapatkan. Seekor raptor berukuran sangat besar berwarna hitam terbang rendah mungkin hanya sekitar 20 meter di atas kami. Burung ini terbang dari selatan dan berputar tepat di atas kami, lalu terbang menjauh ke arah timur.

    Dari beberapa jepretan yang didapat, burung ini adalah Elang hitam (Ictinaetus malayensis) yang membawa semacam ranting kering. Diduga ini adalah material sarang. Menurut Mas Wahab (dari obrolan di Whatsapp), burung ini sempat terlihat di Sermo. Mungkin ini burung yang sama.

    ***
    Pengamatan terakhir sore hari mulai pukul 13:50 sampai 16:00, saya bersama Andi, Andri, Mba Arell, Risna, dan Naning mendapatkan jalur Krengseng. Jalur ini cukup pendek dan mungkin terpendek dari ketiga jalur yang pernah saya lalui. Jalurnya juga hanya memutar lalu kembali ke jalan awal.

    Dari jalur Krengseng ini, hanya beberapa list burung yang didapatkan karena cuaca yang mendung bahkan sempat hujan. Beberapa burung madu kami dapatkan di jalur ini, antara lain Burung-madu sriganti (Nectarinia jugularis), Burung-madu kelapa (Anthreptes malacensis), Madu jawa (Aethopyga mystacalis), dan Burung- madu ekor-merah (Aethopyga temminckii).

    Cabai bunga-api (Dicaeum trigonostigma), Bondol jawa (Lonchura leucogastroides), Cucak kuning (Pycnonotus melanicterus) yang paling sering dan mudah dijumpai.
    Yang cukup menyenangkan adalah saat mengejar burung sensitif berukuran besar dan berekor panjang. Ya, Kadalan birah (Phaenicophaeus curvirostris ) yang awalnya kami kira adalah Kadalan kembang karena ada warna kelabu dilehernya. Namun setelah dicermati, warna kelabu itu ternyata dari ranting yang berada di depannya. Burung ini sedang membawa sesuatu saat kami amati. Namun karena sangat sensitif terhadap gerakan maupun suara, burung ini segera terbang menjauh dan tak terlihat lagi.

    Di dekat aliran sungai, seekor Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris) tiba-tiba muncul dari dahan pohon lalu terbang sambil mengeluarkan suara khasnya, setelah itu hilang di dekat rerimbunan pohon bambu.

    Setelah cukup gelap, kami memtuskan kembali ke basecamp untuk segera berkemas karena ini adalah hari terakhir kami untuk menginap di rumah Pak Is. Setelah makan malam yang maknyus, kami berpamitan dan kembali ke rumah masing- masing.

    Meskipun target belum kami temukan, saya tetap bangga bisa melalui hari-hari ekspedisi kecil ini dengan kalian semua. Makanan bukan hanya soal rasa di lidah, tetapi rasa kebersamaannya yang lebih penting.

    Semua cerita di Kiskendo tertulis di "Ekspedisi Kecil di Kiskendo". Dan, untuk cerita di hari sebelumnya ada di "Tiga Bayangan yang Menghilang".

    Salam ulang tahun,

    @Aghnanisme
    7de98cf2

    2 comments:

    Terima kasih sudah berkunjung.
    Tinggalkan komentar Anda dan kami akan mengunjungi halaman Anda.