Header Ads

Aghnan Pramudihasan
  • Breaking News

    Tiga Bayangan yang Menghilang

    Jalur Baladewa merupakan salah satu dari beberapa jalur yang ada di Kiskendo, Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta. Jalur baladewa akan membawa kita menuju air terjun atau grojogan sewu yang terdapat di tengah-tengah hutan. Perjalanan untuk melalui jalur ini lumayan singkat, hanya sekitar satu jam.
    Foto Andri - Bukan 3 Bayangan ini yang Saya Maksud
    Di jalur baladewa, kita akan disuguhi pemandangan hutan primer maupun sekunder, air terjun, dan hamparan kebun salak, talas, serta coklat. Tidak hanya pemandangan alam dan tumbuhannya saja yang mengagumkan, tetapi satwa di tempat ini sangat rugi jika dilewatkan. Jika teliti dalam melakukan pengamatan, kita akan mendengar beberapa kicauan burung yang beraneka ragam serta suara tupai yang berisik.

    Burung yang sangat mudah dijumpai di tempat ini adalah Burung-madu kelapa (Anthreptes malacensis) yang cukup berisik dengan ukuran sebesar Burung gereja-erasia. Warna tubuh bagian atas hijau zaitun sedangkan yang bawah kuning. Burung-madu kelapa jantan memiliki warna ungu di kepala dan ekornya. 

    Burung lain yang juga mudah ditemui bahkan hamper di setiap tempat adalah Walet. Burung ini adalah pemakan serangga yang terbang cepat dan menggelepar. Sayapnya runcing dan panjang, menunjuk ke belakang saat terbang. Sangat jarang menemukan burung ini bertengger di pohon.

    Burung-madu sriganti (Nectarinia jugularis) juga mudah di temukan di lokasi ini. Ukurannya lebih kecil dari Burung-madu kelapa. Ciri-ciri warna antara jantan dan betina pun hampir sama dengan Burung-madu kelapa. Burung ini sangat aktif bersuara maupun bergerak.

    Burung berisik yang lainnya adalah Cipoh kacat (Aegithina tiphia). Burung ini ukurannya sebesar Burung gereja-erasia. Warna tubuh bagian bawah kuning kehiajauan dan bagian atas hijau zaitun. Di sayap terdapat warna hitam dan juga putih di sisinya. Suaranya sangat khas yaitu "ciiiii-pow" dengan akhiran "pow" yang tinggi.

    Ada juga Tepekong jambul (Hemiprocne longipennis) yang sepintas seperti layang-layang sejati sedang bertengger di dahan pohon. Warna tubuh bagian atas hijau dan bagian bawah putih. Jambulnya yang khas berwarna hijau. Matanya hitam besar. Belum sempat mengambil gambarnya karena terpukau dengan bentuknya.

    Perenjak padi (Prinia inornata) juga dapat ditemui dengan suara lengkingan khasnya "ci-cirrrr-ruwiit", "cirrrrlet" atau "ciw-ciw-..." yang diulang-ulang. Burung ini lebih besar dari Burung-gereja erasia. Warna dominan coklat dengan dada sedikit putih dan tungging kekuningan. Ekornya dan kakinya lumayan panjang. 

    Burung yang satu ini ribut tetapi lumayan sulit ditemukan karena suka bersembunyi di semak-semak. Ya, Pelanduk semak (Malacocincla sepiarium) yang berukuran sebesar Burung gereja-erasia dengan warna tubuh bgian atas coklat-hijau gelap, dada putih kotor, dan tungging coklat. Kaki panjang tetapi ekor pendek. Jika dicermati, burung ini memiliki semacam kumis.

    Ayam hutan (Gallus sp.) juga ada di sini. Ukurannya besar, mungkin sekitar 60-70cm untuk yang jantan dan 40-50cm untuk yang betina. Menyukai semak-semak atau rerumputan.

    Cinenen pisang (Orthotomus sutorius) atau Perenjak pisang juga ada. Ukurannya sebesar Bondol jawa. Tubuh bagian atas hijau zaitun sedangkan tubuh bagian bawah putih sedkit kotor. Mahkota merah karat. Ekor panjang dan sering ditegakkan.

    Terlihat juga Madu jawa (Aethopyga mystacalis) jantan yang berukuran kecil dengan ekornya yang panjang. Mahkota dan ekornya berwarna ungu mengkilap, kepala-dada-punggung berwarna merah, perut berwarna abu-abu.

    Seekor Kancilan bakau (Pachycephala grisola) yang sekilas mirip Merbah cerukcuk juga ada. Berukuran sebesar Burung gereja, warna dominan coklat keabuan. Tubuh bagian atas berwarna coklat keabuan dan bagian bawah putih keabuan.

    Cabai bunga-api (Dicaeum trigonostigma) yang dicari sarangnya banyak ditemukan di sini. Ukurannya kecil, sekitar 8 cm. Kebanyakan ditemukan yang betina dan anaknya yang masih juvenil yang tubuh bagian atasnya berwarna zaitun dan bagian bawah berwarna kuning-jingga.

    Sekelebat bayangan berukuran besar terlihat. Awalnya saya mengira hanya daun. Namun, bayangan itu bergerak ke samping bukan ke bawah. Saya berhenti sebentar. Tiba-tiba.. kleper..., burung berukuran besar sekitar 42 cm terbang menjauhi kami. "Arep dioyak ora, pakdhe?". Tanpa menjawab, kami semua langsung bergerak mengejarnya. Belum sempat terlihat, tiba-tiba 2 bayangan berukuran besar melintas di atas kami. "Wuh.. opo kui?". Mencoba didekati lagi, 3 bayangan tersebut terbang menjauh dan tidak bisa dikejar lagi.

    Dari ciri-ciri dan cara terbangnya, 3 bayangan tadi adalah Bubut alang-alang (Centropus bengalensis). Super sekali!

    Suara nyarin dan melengking "kiu-liu" dan "kwiiikkwi" membuat kami mendongkak ke atas. Tidak berapa lama Elang-ular bido(Spilornis cheela) terlihat sedang soaring. Garis putih pada ekor dan sayap serta bentuk sayapnya yang khas pada saat terbang. Tidak salah lagi, inilah Elang-ular bido(Spilornis cheela), nama angkatan kami.

    Di sore hari yang berkabut tebal. Ditemukan juga Empuloh janggut(Alophoixus bres) yang sedang diam di ranting pohon. Ukurannya sekitar 22 cm. Warna tubuh bagian atas coklat dan yang bawah putih-kelabu-kuning. Memiliki jambul warna coklat yang ke belakang dan bulu janggut berwarna putih bersih.
    Foto Andri - Tumpukan Kayu di Jalur Bolodewo
    Semua cerita di Kiskendo tertulis di "Ekspedisi Kecil di Kiskendo". Dan, untuk cerita di hari berikutnya ada di "Si Hitam yang Tak Terkejar".

    Banyak list baru yang saya dapatkan di hari pertama. Rencananya saya akan membuat listnya di Ms. Excel. Yah, semoga bisa mempermudah saya dalam mendata burung-burung yang saya temukan. Terima kasih Pakdhe Praja, Andi, Andri, Bima, Risna, Fani, dan Naning. Kalian luar biasa!

    Salam kliu-liu,

    @Aghnanisme
    7de98cf2

    No comments

    Terima kasih sudah berkunjung.
    Tinggalkan komentar Anda dan kami akan mengunjungi halaman Anda.