Header Ads

Aghnan Pramudihasan
  • Breaking News

    Ekspedisi Pulau Bawean Part 2: Burung-burung di Pulau Bawean

    Elangular bawean

    Cabai jawa - Dicaeum trochileum - Scarlet-headed Flowerpecker
    Berukuran kecil sekitar 8 cm. Jantan dewasa: kepala, punggung, tunggir, dan dada merah padam atau agak kejinggaan; sayap dan ujung ekor hitam, perut putih keabuan, ada bercak putih pada lengkung sayap. Betina: tunggir merah, tubuh bagian atas lainnya coklat, tersapu merah pada kepala dan mantel, tubuh bagian bawah putih buram. Remaja: tubuh bagian atas coklat kehijauan, ada bercak jingga pada tunggir. Iris coklat, paruh dan kaki hitam (MacKinnon, 2010). Namun, di Pulau Bawean sempat terdokumentasi Cabai jawa dengan penutup sayap kecil berwarna biru. Yang menarik lagi adalah ketika kami memanjat di salah satu pohon dengan ketinggian sekitar 15 meter dimana terdapat benalu yang biasa dijadikan makanan oeh Cabai jawa. Dua ekor Cabai jawa mendekat sampai jarak satu meter di depan kami, tanpa rasa takut loncat dari dahan ke dahan lainnya. Kamera yang saya gunakan pun kebingungan mendapatkan fokus karena perbesaran maksimal menjadi susah fokus untuk objek yang terlalu dekat.

    Elangular bawean - Spilornis baweanus - Bawean Serpent Eagle
    Spilornis baweanus memiliki ukuran sedang dengan panjang 50 cm, lebih kecil daripada Spilornis cheela. Kepala S. baweanus berwarna coklat sampai kehitaman dengan sedikit bercak warna putih di tengkuknya, dada berwarna coklat kehitaman dengan bintik putih mulai dari sayap dan dada sampai tungging. Pada saat terbang terlihat kombinasi garis hitam-putih di ujung sayap dan ujung ekor. Ciri khasnya adalah kulit kuning tanpa bulu di antara mata dan paruh. Pada waktu terbang, terlihat garis putih lebar pada ekor dan garis putih pada pinggir belakang sayap. Iris kuning, paruh coklat-abu-abu, kaki kuning (MacKinnon, 2010). Suara "kiu-liu", "kwiiikkwi", atau "ke-liik-liik" yang khas untuk Spilornis baweanus lebih banyak. Beruntung kami sempat mengabadikan beberapa momen ketika Elangular bawean ini bertengger di pohon jati, di dahan pohon kelapa, dan juga saat menangkap mangsanya yang berupa ular.

    Udang Api - Ceyx erithaca - Oriental Dwarf Kingfisher
    Berukuran sangat kecil sekitar 14 cm, berwarna merah dan kuning. Ciri khasnya: tubuh bagian bawah kuning terang, punggung dan penutup sayap hitam kebiruan mencolok. Kekang dan penutup telinga biru. Iris coklat, paruh dan kaki merah. Suara siulan nada tinggi sewaktu terbang: "tsiit-tsiit" (MacKinnon, 2010). Burung ini dapat dijumpai di sekitar Danau Kastoba. Dokumentasi untuk burung ini cukup sulit dikarenakan kemampuan terbang burung ini sangat tinggi dan sensitif dengan keberadaan manusia.

    Udang Punggungmerah - Ceyx rufidorsa Rufous-backed Kingfisher
    Sekilas mirip dengan Udang api, berwarna kemerahan. Tubuh bagian bawah kuning, Tubuh bagian atas merah karat tua, dengan pantulan ungu dan setrip ungu pada punggung sampai ke bawah mencapai penutup ekor atas. Perbedaannya dengan Udang punggung-hitam adalah warna merah karat dibandingkan mantel hitam, tidak ada bintik biru pada dahi dan di belakang mata. Iris coklat, paruh dan kaki merah (MacKinnon, 2010). Kebiasaan juga seperti Udang api. Di Pulau Bawean, burung ini disebut cupu-cupu kuping. Sering terlihat di sekitar Danau Kastoba dan jalan menuju Gunung Payung-payung.

    Cekakak sungai - Todirhamphus chloris - Collared Kingfisher
    Berukuran sedang sekitar 24 cm, berwarna biru dan putih. Mahkota, sayap, punggung, dan ekor biru kehijauan berkilau terang, ada setrip hitam melewati mata. Kekang putih, kerah dan tubuh bagian bawah putih bersih (membedakannya dengan Cekakak suci yang putih kotor) (MacKinnon, 2010). Meskipun begitu, burung ini sempat membuat perdebatan di kalangan pengamat burung karena foto yang saya anggap Cekakak sungai dianggap Cekakak suci oleh beberapa pengamat burung lain. Dalam foto yang saya upload memang terlihat jelas dada kotor berwarna hitam dan kuning. Namun, saya meanganggap kotor pada dada itu akibat perilakunya yang baru saja mengambil ikan di sungai. Di Pulau Bawean, burung ini sangat umum dan sangat mudah terlihat maupun terdengar ibarat burung Cucak kutilang di kampus.

    Cinenen kelabu - Orthotomus ruficeps - Ashy Tailorbird
    Burung ini berukuran sekitar 11 cm, berwarna kelabu, berkepala merah karat. Iris coklat kemerahan, paruh coklat, kaki merah jambu. Bersuara "trrriii-yip" dan getaran "trrrri", biasanya diberikan oleh pasangan yang berduet. Juga "cicicici" sengau yang mengharukan (MacKinnon, 2010). Banyak yang menyebutkan burung ini perenjak, memang benar. Burung ini masih satu famili dengan perenjak, perilaku dan suaranya pun hampir sama. Yang cukup menarik dari Cinenen kelabu di Pulau Bawean ini adalah perilakunya. Burung ini seperti sudah terbiasa hidup berdekatan dengan manusia. Sempat teramati burung ini tanpa rasa takut berburu makanan di salah satu dahan pohon yang berjarak sekitar dua meter dari kerumunan warga yang sedang bercengkrama.

    Merbah belukar - Pycnonotus plumosus - Olive-winged Bulbul
    Berukuran sedang (20 cm), berwarna coklat keabuan, buram dengan mata merah dan sayap berwarna zaitun. Tubuh bagian atas kehijauan, dagu dan tenggorokan keputih-putihan, penutup telinga bercoretkan keputih-putihan. Tubuh bagian bawah rapi bercoretkan kuning tua, bawah ekor coklat kuning. Iris merah, paruh hitam, kaki coklat. Suara mirip Merbah cerukcuk, tetapi suaranya seperti terpotong-potong dan lebih jelas dibagi-bagi dalam frase (MacKinnon, 2010). Burung ini sering terlihat mengunjungi hutan, pinggir hutan, persawahan, perkebunan, dan lahan dengan sedikit semak.

    Burung-burung yang menjadi list baru untuk saya antara lain: Itik benjut, Cucak kuricang, Pergam hijau, Kokokan laut, Tiong emas, Kuntul karang, dan Kapinis laut. Beberapa burung lainnya mungkin sudah umum dijumpai seperti Burunggereja erasia, Burungmadu kelapa, Walet linci, Bondol peking, Sikepmadu asia, Trinil pantai, Cangak merah, Kuntul kerbau, Sepah kecil, Tekukur biasa, Gelatik jawa, Kepudang kuduk-hitam, Kareo padi, Cici padi, dan Kacamata biasa.

    Menurut pesan dari Mas Imam T (2015), sebenarnya masih terdapat burung khas yang mungkin endemik bawean selain Elangular bawean, Bondol peking, Cinenen kelabu, dan Cucak kuricang. Burung tersebut adalah Pelanduk asia - Malacocincla abboti - Abbott’s Babbler dan Strix seloputo Horsfield, 1821 Kukuk Selaputo Spotted Wood Owl. Sayangnya kami belum dapat menjumpainya apalagi mendokumentasikannya. Mungkin ini dapat menjadi objek penelitian baru untuk ekspedisi selanjutnya.

    Salam Ekspedisi,

    @Aghnan
    7de98cf2

    No comments

    Terima kasih sudah berkunjung.
    Tinggalkan komentar Anda dan kami akan mengunjungi halaman Anda.