Header Ads

Aghnan Pramudihasan
  • Breaking News

    Malam Minggu Menyeduh Ilmu

    Malam minggu, bagi sebagian orang mungkin waktu yang enak untuk santai dan beristirahat setelah sepekan beraktivitas. Sebagian orang lagi terutama kawula muda yang sedang menjalin asmara menjadikan malam minggu sebagai waktu untuk jalan bersama.

    Berbeda dengan saya, bukan hanya saya saja sih. Malam minggu kemarin (19/11), saya diculik oleh Mas Kir bersama Andri ke sebuah tempat malam. Bukan club ataupun diskotikan. Lokasinya di Jalan Kaliurang Km 9,2 sebelah supermarket yang buka 24 jam. Nama lokasinya adalah Pendopo Animalika.

    Pertama mendengar kata ini terbesit pikiran lokasinya berbau hewan karena ada kata animalnya. Ternyata berbeda, saat tiba di tempat ini yang terlihat adalah pendopo lumayan luas dan beberapa kedai di sekitarnya, yang terlihat sekilas ada kedai kopi dan pizza.

    Sudah banyak yang datang rupanya. Banyak wajah-wajah asing yang baru saya lihat. Hanya beberapa yang saya kenal itupun sekedar pernah melihat atau bertemu. Mark Rademaker, seorang bule yang pernah mengikuti kegiatan Jogja Bird Walk di awal tahun ini ternyata juga datang ke sini. Saya cukup familiar karena dia pernah melakukan penelitian babi kutil di Pulau Bawean dan artikelnya pernah disodorkan ke saya oleh Kepala Resort Pulau Bawean sebagai referensi lokasi penelitian. Tidak saya sangka bisa ketemu untuk kedua kalinya di tempat ini.

    Acara dimulai dengan sambutan dari sang pemilik acara, Bang Ignas, yang saya tahu adalah salah satu fotografer alam liar yang sering upload di grup facebook. Ternyata sosok ini yang selama ini hanya bisa saya lihat di profil facebook.

    "Animalika itu dari dua kata, animal karena saya suka hewan dan metalika karena saya juga suka musik metalika," kata Bang Ignas di tengah-tengah sambutannya.

    Acara dilanjutkan dengan perkenala singkat dari masing-masing tamu undangan. Ternyata bukan hanya dari fotografer alam liar saja yang datang, ada dosen dan mahasiswa, penggerak konservasi, perwakilan BKSDA, petani dan penggembira semacam saya. Banyak yang mengaku datang karena tertarik dan penasaran dengan Bang Ignas maupun video yang akan ditampilkan. Ada juga yang beralasan karena diajak atau diculik seseorang, yaitu saya.

    Sebenarnya juga karena selo (baca: belum ada yang diajak malam mingguan) meskipun pagi hari sebelumnya saya refreshing ke Jatimulyo. Daripada harus pulang dan paginya harus kembali lagi ke kampus karena ada Mersi ke Plawangan, lebih baik menumpang di kosnya Andri. Buku burung kampus juga harus disentuh malam itu. Semakin kuatlah alasan untuk tidak pulang ke rumah.

    Film dokumenter pun diputar. Yang saya ingat dalam film ini adalah tentang Pulau Jawa beberapa ratus tahun yang lalu. Kemudian tentang Javan Leopard yang menjadi predator puncak. Pindah ke Pulau sulawesi dimana terdapat spesies burung endemik, Sulawesi Hornbill dan surganya beberapa jenis kera dan macaca. Selebihnya gagal fokus karena jamuan kacang godhog, gorengan dan teh tidak bisa dibiarkan mendingin.

    Dilanjutkan dengan sharing dari beberapa tamu undangan yang ditunjuk oleh Bang Ignas. Ada penelitian tentang efektifitas Tyto alba dalam mengontrol populasi tikus sawah, tanggapan dari BKSDA tentang peraturan baru mengenai tarif masuk kawasan, konservasi di Kebun Binatang Gembira Loka dan peran Lembaga Pendidikan dalam Konservasi. Meskipun hanya singkat-singkat yang disampaikan tetapi banyak yang bisa saya ambil ilmunya (bukan cuma konsumsinya).

    Banyak hal yang saya peroleh setelah mendengar langsung dari obrolan hangat antartamu undangan. Dapat inspirasi juga untuk membuat video dokumenter. Semoga ada dan masih bisa mengikuti acara semacam ini lagi. Kita mulai dengan 5W1H atau minimal 3W.

    No comments

    Terima kasih sudah berkunjung.
    Tinggalkan komentar Anda dan kami akan mengunjungi halaman Anda.